Kayu kelas A bukan sekadar label marketing. Ini adalah standar nyata yang menentukan apakah kayu itu layak dipakai untuk bangunan tahan lama, jembatan, atau bahkan kapal laut. Di Indonesia, terutama di Kalimantan dan Sulawesi, kayu kelas A sering dikaitkan dengan kayu ulin-jenis kayu yang dikenal paling keras dan tahan lama di dunia. Tapi tidak semua kayu ulin itu kelas A. Ada banyak yang dijual sebagai "kelas A" padahal sebenarnya tidak memenuhi syarat. Kalau kamu sedang membangun rumah, memperbaiki dermaga, atau bahkan membuat mebel tahan cuaca, salah pilih kayu bisa berakibat mahal: retak, lapuk, atau roboh dalam hitungan tahun.
Apa yang Membuat Kayu Diklasifikasikan sebagai Kelas A?
Klasifikasi kayu di Indonesia mengikuti standar SNI 01-7520-2009 tentang klasifikasi kayu berdasarkan daya tahan alami terhadap serangan jamur, rayap, dan cuaca. Kayu kelas A adalah yang paling tahan, dengan masa pakai lebih dari 25 tahun tanpa perawatan kimia. Ini bukan soal warna atau berat, tapi soal densitas, kandungan minyak alami, dan struktur seratnya.
Kayu ulin, misalnya, punya densitas sekitar 1,2-1,4 g/cm³-lebih berat dari air. Artinya, ia tenggelam jika dicelupkan. Kayu kelas A juga punya kandungan tanin dan minyak alami yang sangat tinggi. Ini yang membuatnya alami menolak serangga dan jamur. Kayu kelas B, misalnya, hanya tahan 15-25 tahun. Kelas C? Mungkin bertahan 10-15 tahun. Tapi kelas A? Bisa bertahan 30-50 tahun bahkan tanpa di-cat atau di-oles minyak.
Ciri Fisik Kayu Kelas A yang Bisa Kamu Lihat Sendiri
Jangan percaya hanya pada label. Kamu bisa cek sendiri apakah kayu itu benar-benar kelas A. Berikut tiga ciri nyata yang bisa kamu amati:
- Warna dan tekstur: Kayu kelas A punya warna cokelat gelap kehitaman, seratnya rapat dan halus. Kalau kamu gosok permukaannya dengan tangan, rasanya seperti kaca halus-tidak kasar atau berpori.
 - Berat dan kekerasan: Ambil sepotong kecil. Kalau kamu coba tekan dengan kuku, tidak akan ada bekas. Kayu kelas A bahkan bisa mematahkan paku jika dipakai tanpa bor awal.
 - Warna air rendaman: Coba rendam potongan kecil kayu dalam air selama 24 jam. Kayu kelas A tidak akan mengeluarkan warna merah atau kuning yang pekat. Jika air berubah warna seperti teh pekat, itu pertanda kayu itu masih mengandung zat yang mudah larut-bukan kelas A.
 
Di pasar Samarinda, banyak penjual yang menjual kayu ulin dari hutan yang baru ditebang tanpa proses pengeringan. Kayu seperti ini bisa terlihat bagus, tapi sebenarnya belum stabil. Kalau dipakai langsung, ia akan menyusut, retak, atau bahkan melengkung. Kayu kelas A yang benar harus sudah dikeringkan secara alami selama 6-12 bulan, atau dengan oven industri.
Perbedaan Kayu Ulin Kelas A dan Kelas B: Bukan Sekadar Harga
Harga kayu ulin kelas A di pasar Kalimantan tahun 2025 berkisar antara Rp 8.500.000 hingga Rp 12.000.000 per meter kubik. Kelas B? Sekitar Rp 5.000.000-Rp 7.000.000. Tapi perbedaan harga ini bukan cuma soal label. Ini soal risiko dan biaya jangka panjang.
Bayangkan kamu membangun tiang jembatan. Kamu pilih kayu kelas B karena lebih murah. Dalam 5 tahun, tiang itu mulai keropos. Rayap masuk dari dalam, tidak terlihat dari luar. Kamu harus menggantinya. Biaya penggantian, tenaga, dan downtime jauh lebih besar daripada membeli kayu kelas A dari awal. Di proyek-proyek pemerintah seperti jembatan di Sungai Mahakam, mereka hanya memakai kayu kelas A. Itu bukan karena anggaran besar, tapi karena mereka tahu risikonya.
Kayu kelas A juga lebih stabil saat diproses. Saat diukir, dipotong, atau dibor, ia tidak mudah retak. Kayu kelas B sering pecah di tepi atau melengkung setelah dipasang. Ini masalah besar kalau kamu membuat lantai kayu atau struktur atap.
Asal Kayu dan Sertifikasi: Jangan Terkecoh
Kayu ulin terbaik berasal dari hutan primer Kalimantan Timur dan Selatan. Tapi banyak kayu dari Sulawesi atau bahkan impor dari Afrika yang dijual sebagai "ulin Kalimantan". Ciri khas ulin Kalimantan: warna lebih gelap, serat lebih padat, dan kandungan minyak lebih tinggi dibanding ulin Sulawesi.
Untuk memastikan kamu dapat kayu kelas A asli, minta sertifikat dari Indonesian Timber Certification Council (ITCC) atau Forest Stewardship Council (FSC). Sertifikat ini menjamin kayu itu bukan hasil penebangan ilegal dan sudah diuji laboratorium. Di Samarinda, beberapa toko kayu besar seperti Kayu Langka Jaya atau Agro Timber menyediakan sertifikat ini. Kalau penjual tidak bisa menunjukkannya, itu tanda bahaya.
Perhatikan juga asal log: kayu kelas A biasanya dipotong dari bagian batang utama, bukan cabang atau akar. Cabang kayu ulin, meski dari pohon yang sama, tidak punya densitas yang sama. Ini sering diabaikan penjual, tapi penting untuk struktur yang menahan beban berat.
Bagaimana Cara Memilih Kayu Kelas A yang Tepat untuk Proyekmu?
Jika kamu ingin membeli kayu kelas A, ikuti langkah ini:
- Tentukan kebutuhan: Apa fungsinya? Jembatan? Lantai? Tiang rumah? Semakin besar beban dan paparan cuaca, semakin wajib pakai kelas A.
 - Pilih penjual terpercaya: Cari yang punya toko fisik, bukan hanya jualan di media sosial. Tanyakan riwayat pengiriman dan sertifikat.
 - Lihat langsung: Datang ke gudang. Cek warna, berat, dan tekstur. Jangan terima kayu yang masih basah atau berbau jamur.
 - Minta uji laboratorium: Jika proyekmu besar, minta sampel diuji di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan (BP2TH) di Bogor atau Balai Besar Teknologi Hasil Hutan di Samarinda.
 - Hitung biaya jangka panjang: Jangan hanya lihat harga per meter kubik. Hitung biaya perawatan, penggantian, dan risiko kegagalan struktural.
 
Di proyek rumah pribadi di Samarinda tahun 2024, seorang pembangun memilih kayu kelas A untuk lantai dan tiang penyangga. Tiga tahun kemudian, rumahnya masih utuh, bahkan setelah banjir besar. Tetangganya yang pakai kayu kelas B harus mengganti lantai dua kali dalam waktu yang sama.
Apakah Kayu Kelas A Butuh Perawatan?
Kayu kelas A tidak butuh perawatan rutin seperti kayu biasa. Tapi bukan berarti tidak butuh sama sekali. Untuk mempertahankan warna dan ketahanan maksimal, disarankan:
- Mengoleskan minyak alami (seperti minyak kelapa atau minyak jarak) setiap 1-2 tahun jika terpapar sinar matahari langsung.
 - Menghindari kontak langsung dengan tanah basah. Gunakan bantalan beton atau baja untuk tiang.
 - Menghindari penggunaan cat berbahan kimia keras yang bisa merusak struktur alami kayu.
 
Beberapa proyek arsitektur modern di Kalimantan justru membiarkan kayu ulin kelas A memperoleh warna abu-abu alami-ini justru tanda bahwa kayu itu stabil dan tidak butuh perlakuan kimia.
Alternatif Kayu Kelas A di Pasaran
Kayu ulin memang paling terkenal, tapi bukan satu-satunya kayu kelas A. Ada juga:
- Kayu belian: Sering disebut sebagai "ulin lokal". Sama kerasnya, tapi sedikit lebih mudah diolah.
 - Kayu kempas: Lebih ringan dari ulin, tapi tetap kelas A. Cocok untuk lantai dan dinding.
 - Kayu ramin: Tidak sekeras ulin, tapi tahan lama dan lebih ramah kantong. Cocok untuk struktur non-beban berat.
 
Tapi ingat: tidak semua kayu yang disebut "belian" atau "kempas" itu kelas A. Banyak yang dijual sebagai kelas A padahal sebenarnya kelas B. Selalu verifikasi dengan sertifikat dan uji fisik.
Kenapa Kayu Kelas A Mahal? Ini Alasan Logisnya
Kayu kelas A mahal karena:
- Pohonnya tumbuh sangat lambat-bisa 80-120 tahun untuk mencapai ukuran siap tebang.
 - Penebangan dilakukan secara selektif, bukan tebang habis. Ini membutuhkan tenaga lebih banyak dan izin ketat.
 - Pengeringan alami memakan waktu setahun atau lebih. Biaya penyimpanan dan ruang gudang tinggi.
 - Permintaan tinggi dari proyek infrastruktur, kapal, dan bangunan bersejarah.
 - Penegakan hukum terhadap penebangan ilegal membuat pasokan semakin terbatas.
 
Jadi, harga tinggi bukan karena "mahal karena langka"-tapi karena memang butuh waktu, usaha, dan tanggung jawab untuk mendapatkannya.
Apa bedanya kayu kelas A dan kayu olahan?
Kayu kelas A adalah kayu alami yang punya ketahanan alami terhadap rayap dan jamur karena struktur dan kandungan minyaknya. Kayu olahan adalah kayu biasa yang sudah diolah dengan bahan kimia (seperti CCA atau ACQ) agar tahan. Kayu olahan bisa murah, tapi mengandung bahan beracun dan tidak ramah lingkungan. Kayu kelas A tidak perlu diolah kimia-ia sudah tahan alami.
Bisakah kayu kelas A digunakan untuk lantai rumah?
Ya, sangat direkomendasikan. Kayu ulin kelas A adalah salah satu pilihan terbaik untuk lantai rumah di daerah lembap seperti Kalimantan. Ia tidak mudah melengkung, tahan air, dan tidak berisiko dimakan rayap. Harganya memang lebih tinggi, tapi lantai kayu ini bisa bertahan lebih dari 50 tahun tanpa diganti.
Bagaimana cara membedakan kayu ulin asli dan palsu?
Kayu ulin asli berwarna cokelat kehitaman, sangat berat, dan seratnya rapat. Coba gosok dengan kuku-tidak akan ada bekas. Kalau kamu gosok dengan amplas halus, ia menghasilkan serbuk halus seperti bubuk kayu, bukan serpihan besar. Kayu palsu sering terasa lebih ringan, berwarna lebih terang, dan cepat berubah warna saat terkena air.
Apakah kayu kelas A bisa dibeli secara eceran?
Bisa, tapi jarang. Sebagian besar penjual menjual dalam satuan meter kubik karena kayu kelas A biasanya dipakai untuk proyek besar. Tapi beberapa toko di Samarinda dan Banjarmasin menjual dalam satuan batang atau lembaran untuk kebutuhan rumah tangga. Pastikan kamu membeli dari penjual yang bisa menjamin kualitas dan asalnya.
Kenapa kayu kelas A tidak ditemukan di toko material biasa?
Karena kayu kelas A adalah material khusus, bukan barang konsumsi massal. Toko material biasa menjual kayu yang lebih murah dan cepat habis, seperti pinus atau meranti. Kayu kelas A butuh penanganan khusus, penyimpanan lama, dan sertifikasi. Hanya toko kayu khusus yang berfokus pada material tahan lama yang menyediakannya.