Kayu ulin sering disebut sebagai "besi Kalimantan" karena kekuatannya yang luar biasa. Tapi di balik ketahanannya, banyak yang bertanya: apakah memanen kayu ulin itu ilegal? Jawabannya tidak sederhana. Di Indonesia, kayu ulin tidak sepenuhnya dilarang, tapi pengambilannya sangat ketat diatur. Jika tidak mengikuti prosedur yang benar, memanen kayu ulin bisa berujung pada tindak pidana lingkungan.
Kayu Ulin Bukan Kayu Biasa
Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) tumbuh di hutan tropis Kalimantan dan Sulawesi. Ini bukan pohon yang mudah ditemukan. Pertumbuhannya sangat lambat-bisa butuh 80 hingga 100 tahun agar pohon ini siap tebang. Kepadatan kayunya lebih tinggi dari air, sehingga tidak tenggelam. Itu sebabnya kayu ini jadi pilihan utama untuk jembatan, dermaga, dan lantai rumah mewah di daerah beriklim lembap.
Karena kelangkaannya, kayu ulin punya harga yang sangat tinggi. Di pasar resmi, harga kayu ulin per meter kubik bisa mencapai Rp15 juta hingga Rp25 juta, tergantung kualitas dan lokasi asal. Di pasar gelap, harganya bisa melonjak dua kali lipat. Tapi harga tinggi ini justru jadi magnet bagi pembalakan liar.
Aturan Hukum yang Mengatur Kayu Ulin
Di Indonesia, kayu ulin masuk dalam daftar tumbuhan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Artinya, penebangan kayu ulin hanya boleh dilakukan jika ada izin khusus dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Izin ini tidak diberikan sembarangan. Perusahaan yang ingin memanen kayu ulin harus memiliki:
- Sertifikat Legalitas Kayu (SLSK) dari KLHK
- Surat Izin Usaha Pertambangan (SIUP) khusus kehutanan
- Rekomendasi dari pemerintah daerah
- Pembayaran dana reboisasi dan konservasi
Perusahaan yang tidak memenuhi syarat ini, bahkan jika hanya membeli kayu ulin dari pedagang yang tidak jelas asalnya, bisa dianggap terlibat dalam perdagangan ilegal. Tahun 2024, KLHK mengungkap lebih dari 120 kasus penyelundupan kayu ulin dari Kalimantan ke luar negeri, terutama ke Tiongkok dan Singapura.
Pembalakan Liar Masih Terjadi
Di balik aturan yang ketat, praktik pembalakan liar masih marak. Di hutan-hutan terpencil Kalimantan, kelompok pembalak ilegal menggunakan truk besar dan alat berat untuk menebang pohon ulin, lalu mengangkutnya lewat jalan setapak yang tidak tercatat. Mereka sering bekerja sama dengan oknum petugas hutan atau pejabat lokal yang menerima suap.
Salah satu modus operandi yang sering ditemukan adalah memalsukan dokumen. Kayu ulin yang berasal dari kawasan konservasi atau hutan lindung diubah menjadi dokumen yang menunjukkan asalnya dari hutan produksi yang legal. Dokumen ini kemudian digunakan untuk ekspor atau penjualan dalam negeri.
Menurut data dari Indonesian Forest and Climate Alliance (IFCA), sekitar 30% dari kayu ulin yang beredar di pasar Indonesia tidak memiliki kejelasan legalitas. Artinya, hampir sepertiga kayu ulin yang kamu beli-baik untuk lantai rumah, meja, atau konstruksi-bisa jadi hasil dari penebangan ilegal.
Dampak Lingkungan dan Sosial
Memanen kayu ulin secara ilegal tidak hanya melanggar hukum. Ini juga merusak ekosistem hutan. Pohon ulin adalah pohon raksasa yang menjadi tempat bersarang bagi burung langka, primata, dan ribuan spesies serangga. Ketika satu pohon ditebang, seluruh jaringan kehidupan di sekitarnya ikut terganggu.
Di kalangan masyarakat adat, kayu ulin sering dianggap sakral. Di beberapa suku Dayak, pohon ini dianggap sebagai rumah roh leluhur. Penebangan ilegal di wilayah adat sering memicu konflik sosial. Di Kabupaten Kapuas Hulu, misalnya, pada tahun 2023, masyarakat adat melakukan protes besar-besaran setelah menemukan truk-truk kayu ulin masuk ke wilayah adat mereka tanpa izin.
Lebih dari itu, penebangan kayu ulin ilegal berkontribusi pada perubahan iklim. Hutan Kalimantan menyimpan lebih dari 12 miliar ton karbon. Setiap hektar hutan yang rusak karena penebangan ilegal melepaskan karbon setara dengan emisi 500 mobil dalam satu tahun.
Cara Membeli Kayu Ulin yang Legal
Jika kamu ingin menggunakan kayu ulin untuk proyek bangunan atau furnitur, kamu tidak perlu mengambil risiko. Ada cara aman dan legal untuk membelinya.
- Pilih penjual yang memiliki sertifikat SLSK dan bisa menunjukkan bukti asal kayu
- Minta dokumen asli, bukan fotokopi. Dokumen harus mencantumkan nomor seri, lokasi penebangan, dan tanggal izin
- Cek keberadaan perusahaan di situs resmi KLHK: www.menlhk.go.id
- Hindari penawaran harga jauh di bawah pasar. Jika harganya terlalu murah, kemungkinan besar kayunya ilegal
- Pilih alternatif seperti kayu jati atau kayu kamper yang lebih ramah lingkungan dan harganya lebih stabil
Beberapa perusahaan furnitur modern di Jakarta dan Bandung sekarang menawarkan kayu ulin bersertifikat FSC (Forest Stewardship Council). Meski harganya lebih mahal 15-20%, kamu bisa yakin bahwa kayu itu berasal dari hutan yang dikelola secara berkelanjutan.
Alternatif Kayu Ulin yang Ramah Lingkungan
Karena kayu ulin semakin langka dan harganya terus naik, banyak arsitek dan kontraktor beralih ke alternatif yang lebih berkelanjutan. Beberapa di antaranya:
- Kayu jati: Tahan terhadap serangga dan cuaca, harga lebih stabil di kisaran Rp8-12 juta per m³
- Kayu kamper: Memiliki kekuatan mendekati ulin, lebih cepat tumbuh, dan mudah ditemukan secara legal
- Kayu akasia: Ditanam secara komersial di lahan terbuka, harga hanya Rp3-5 juta per m³, cocok untuk struktur non-eksternal
- Kayu komposit: Bahan buatan dari serat kayu dan plastik daur ulang, tahan lama, tidak perlu perawatan, dan 100% bebas penebangan hutan
Di proyek-proyek pemerintah seperti pembangunan jembatan di Kalimantan, sejak 2023, pemerintah mulai mengganti penggunaan kayu ulin dengan kayu komposit yang diimpor dari Jerman. Hasilnya? Biaya pemeliharaan turun 60%, dan tidak ada lagi kasus pembalakan liar di lokasi proyek.
Kesimpulan: Bisa Legal, Tapi Harus Tahu Caranya
Kayu ulin bukanlah kayu ilegal secara otomatis. Tapi hampir semua kayu ulin yang beredar di pasar bebas-terutama yang dijual tanpa dokumen-adalah ilegal. Jika kamu membelinya tanpa memeriksa asal-usulnya, kamu tidak hanya mendukung kejahatan lingkungan, tapi juga membahayakan dirimu sendiri. Barang yang berasal dari penebangan ilegal bisa disita oleh petugas, dan kamu bisa kena sanksi hukum.
Pilihlah kayu ulin yang benar-benar legal. Jika tidak mampu, pilih alternatif yang lebih ramah lingkungan. Bumi ini tidak punya banyak kayu ulin lagi. Setiap pohon yang ditebang secara ilegal adalah satu pohon yang tidak akan tumbuh kembali dalam hidupmu, atau bahkan dalam hidup anak cucumu.
Apakah semua kayu ulin itu ilegal?
Tidak semua. Kayu ulin bisa legal jika dipanen dari hutan produksi yang memiliki izin resmi dari KLHK dan dilengkapi Sertifikat Legalitas Kayu (SLSK). Tapi sebagian besar kayu ulin yang beredar di pasar bebas-terutama yang dijual tanpa dokumen-adalah hasil penebangan ilegal.
Berapa harga kayu ulin legal per meter kubik?
Harga kayu ulin legal berkisar antara Rp15 juta hingga Rp25 juta per meter kubik, tergantung kualitas, ketebalan, dan lokasi asal. Harga ini sudah termasuk biaya izin, reboisasi, dan transportasi resmi. Harga di pasar gelap bisa lebih dari Rp30 juta, tapi sangat berisiko.
Bagaimana cara memverifikasi keaslian sertifikat kayu ulin?
Cek nomor sertifikat SLSK di situs resmi KLHK (www.menlhk.go.id). Ada fitur pencarian dokumen legalitas kayu yang bisa kamu gunakan. Jika nomor tidak muncul, atau dokumen hanya fotokopi tanpa tanda tangan basah dan stempel resmi, maka itu palsu.
Apa risiko membeli kayu ulin ilegal?
Risikonya besar. Barang bisa disita oleh petugas kehutanan. Kamu bisa dikenai denda hingga Rp5 miliar atau hukuman penjara hingga 5 tahun berdasarkan UU No. 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. Selain itu, kamu mendukung kejahatan lingkungan yang merusak hutan dan kehidupan masyarakat adat.
Mengapa kayu ulin begitu mahal?
Karena pertumbuhannya sangat lambat-butuh 80-100 tahun agar siap tebang. Jumlah pohonnya juga sangat terbatas, dan hanya tumbuh di hutan tropis yang sulit diakses. Ditambah dengan permintaan tinggi dari industri konstruksi dan furnitur mewah, harga alami menjadi sangat tinggi. Pembalakan ilegal juga menaikkan harga karena risiko dan biaya penyelundupan.
Dani Bawin
Wah kayu ulin emang keren banget tapi harga segitu? 😱 Aku lebih pilih kayu komposit aja deh, nggak usah ribet dan nggak bikin hati nyesek. 🌱
Tulis komentar