
Jujur saja: banyak orang membeli kayu ulin karena reputasinya yang “abadi”. Tahan rayap, hujan, dan matahari bertahun-tahun. Tapi layak dibeli itu soal konteks-lokasi proyek, anggaran, legalitas, hingga opsi pengganti. Kalau kamu butuh jawaban jernih-kapan ulin itu YES, kapan sebaiknya cari alternatif-kamu ada di halaman yang tepat.
TL;DR
- Ulin cocok saat paparan cuaca ekstrem/air asin, lalu lintas sangat tinggi, dan kamu butuh umur pakai >20 tahun.
- Harga 2025: decking ulin terpasang umumnya Rp1,2-2,2 juta/m²; kayu olahan grade A Rp18-30 juta/m³ (bervariasi lokasi dan legalitas).
- Legalitas itu wajib: minta bukti SVLK dan jejak asal. Tanpa itu, risikonya besar (barang disita, kualitas tak terjamin).
- Kalau area teduh, tidak dekat laut, dan butuh biaya awal lebih hemat, merbau/bengkirai atau WPC sering lebih rasional.
- Ulin bekas bongkar (reclaimed) adalah opsi paling etis bila kondisinya masih bagus.
Kapan Ulin Layak Dibeli: Kriteria Keputusan yang Jelas
Fokus pada fungsi, bukan mitos. Ini kriteria yang saya pakai saat menilai proyek klien.
- Paparan lingkungan: Ulin unggul saat terkena hujan/UV harian, genangan, bahkan air payau. Untuk tepi laut (<1 km dari pantai) atau area kolam renang klorin/garam, ulin masuk akal.
- Lalu lintas dan beban: Area publik, resort, kafe outdoor, dermaga kecil, atau jembatan pejalan-tekanan fisik tinggi menuntut material kelas awet I. Ulin kuat di sini.
- Usia pakai yang diinginkan: Jika targetnya 20-30 tahun tanpa sering ganti papan, ulin adalah kandidat serius. Di kondisi wajar, papan ulin yang benar kering dan terpasang rapi bisa bertahan dekade.
- Etika dan legalitas: E. zwageri (ulin) tumbuh sangat lambat; IUCN menilai Vulnerable. Di Indonesia, penjualan wajib berlandaskan SVLK (Sistem Verifikasi Legalitas dan Kelestarian) dari Kementerian LHK. Tanpa dokumen, kamu berisiko mendanai pembalakan ilegal dan menerima barang abal-abal.
- Perawatan dan estetika: Warna ulin akan keabu-abuan alami (weathering). Kalau kamu ingin warna cokelat gelap awet, siap-siap rutin oles minyak/UV protection. Tidak mau repot? Pertimbangkan WPC komposit atau batu.
- Anggaran vs total biaya siklus hidup: Harga awal ulin tinggi, tapi biaya penggantian jangka panjang rendah. Kalau kamu sering pindah rumah atau proyek sewa jangka pendek, biaya awal ini mungkin tidak pulang modal.
Pengalaman di lapangan: proyek deck tepi kolam (Jabodetabek, 2024) dengan ulin grade campuran yang kurang kering melenting dalam 3 bulan. Setelah diganti dengan papan ulin yang benar-benar kering (MC ≤16%) dan diberi celah ekspansi 5-7 mm, masalah selesai. Jadi, material bagus tetap bisa gagal kalau pemasangannya abai.
Harga, ROI, dan Perbandingan dengan Alternatif (2025)
Harga selalu jadi pertimbangan utama. Berikut gambaran pasar domestik 2025 untuk proyek rumah/komersial skala kecil-menengah (harga bisa bergeser tergantung kota, volume, kualitas, dan legalitas):
- Decking terpasang (tenaga+material): ulin: Rp1,2-2,2 juta/m²; merbau: Rp900 ribu-1,6 juta/m²; bengkirai: Rp800 ribu-1,5 juta/m²; WPC komposit: Rp900 ribu-1,8 juta/m².
- Kayu olahan per m³ (grade A, legal): ulin: Rp18-30 juta; merbau: Rp12-20 juta; bengkirai: Rp10-17 juta. Panjang utuh dan ukuran tebal menaikkan harga.
Di bawah ini ringkasan plus-minus yang membantu kamu membandingkan cepat.
Material | Kelas Awet/Kuat (acuannya penelitian kehutanan Indonesia) | Kerapatan (g/cm³) | Perawatan | Umur Pakai (outdoor) | Harga Decking Terpasang | Cocok Untuk |
---|---|---|---|---|---|---|
Ulin (E. zwageri) | Awet I, Kuat I | ~0,88-1,19 | Rendah-sedang (minyak UV 2-4x/tahun untuk jaga warna) | 20-30+ tahun | Rp1,2-2,2 jt/m² | Deck pantai, dermaga, area publik, kolam renang |
Merbau | Awet I-II, Kuat I-II | ~0,80-0,93 | Sedang (minyak 3-4x/tahun) | 15-25 tahun | Rp0,9-1,6 jt/m² | Deck rumah, teras beratap, interior basah |
Bengkirai | Awet II-III, Kuat II | ~0,62-0,90 | Sedang-tinggi | 10-15 tahun | Rp0,8-1,5 jt/m² | Deck hemat, area tidak ekstrem |
WPC Komposit | - | Padat (campuran plastik+serbuk kayu) | Rendah (cuci rutin) | 10-20 tahun | Rp0,9-1,8 jt/m² | Rumah tinggal, butuh minim perawatan |
Keruing | Awet II-III, Kuat II | ~0,63-0,86 | Sedang | 10-15 tahun | Mirip bengkirai | Alternatif ekonomis |
Sumber teknis kekuatan/keawetan: data Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (Indonesia) dan ringkasan praktisi. Status konservasi: IUCN Red List menempatkan ulin sebagai Vulnerable, karena pertumbuhan lambat dan tekanan habitat.
Hitung cepat ROI (gaya santai). Misal kamu bandingkan ulin vs bengkirai untuk deck 30 m²:
- Ulin: Rp1,6 juta/m² × 30 = Rp48 juta. Umur pakai 25 tahun. Perawatan minyak Rp25 ribu/m² × 3×/tahun × 30 m² = Rp2,25 juta/tahun.
- Bengkirai: Rp1,1 juta/m² × 30 = Rp33 juta. Umur pakai 12 tahun. Perawatan mirip ulin.
Kalau kamu rencananya tinggal 5-7 tahun, selisih Rp15 juta mungkin tidak balik modal. Tapi kalau properti jangka panjang atau area publik (biaya bongkar-pasang mahal), ulin menang di biaya seumur hidup.
Catatan pasar 2025: stok ulin legal panjang utuh makin terbatas. Banyak pemasok menawarkan ulin pendek-pendek (60-120 cm) untuk pola random. Tidak masalah secara teknis, asal sambungan dan understructure rapi.

Skenario Nyata: Kapan YES, Kapan NO (Dengan Trade-off yang Jelas)
Supaya keputusan konkret, gunakan skenario ini.
- Deck tepi laut atau dermaga kecil - YES. Garam, UV, dan abrasi pasir bikin kayu biasa cepat rusak. Ulin tahan lama. Trade-off: harga awal tinggi, bobot berat butuh struktur kuat.
- Deck kolam renang rumah - YES kalau kamu suka tampilan kayu natural dan siap rawat 2-4 kali setahun. NO kalau kamu tak mau perawatan: pilih WPC komposit atau batu.
- Teras beratap di kota (Jakarta/Bandung) - BISA YA, tapi overkill kalau jarang kena hujan. Merbau sering cukup dengan tampilan mirip eksotis dan harga lebih rendah.
- Lantai interior - BISA, namun banyak orang memilih merbau/jati untuk stabilitas visual dan variasi ukuran. Ulin bisa gelap dan berat; paku/sekrup perlu pilot hole rapi.
- Rangka struktur (balok/gording) - YA jika butuh kelas awet I tanpa treatment kimia, terutama area lembap/terbuka. Tapi hitung beban, karena ulin sangat berat.
- Proyek budget ketat - NO. Lebih baik bengkirai atau keruing plus desain yang melindungi dari hujan langsung.
- Proyek dengan komitmen hijau ketat - YA untuk ulin bekas bongkar (reclaimed) dengan kondisi bagus dan asal-usul jelas. NO untuk ulin baru tanpa legalitas.
Trade-off desain yang sering dilupakan:
- Celah papan: pasang 5-7 mm untuk ekspansi, terutama papan muda atau MC >14%.
- Ventilasi bawah deck: minimal 100 mm ruang kosong dan jalur udara; tanpa ini, papan bisa melenting atau jamuran.
- Fastener: pakai sekrup stainless A2/A4; besi biasa cepat korosi, bikin noda hitam di kayu asam seperti ulin/merbau.
- Finishing: oil dengan proteksi UV, bukan varnish keras. Varnish akan mengelupas di outdoor Indonesia.
Pengalaman proyek komersial: deck kafe outdoor (Bogor) pakai bengkirai dengan shading baik dan jarak tanah yang tinggi, umur layanan sudah 6 tahun, masih rapi. Intinya, desain melindungi material bisa menyaingi kayu yang lebih mahal.
Panduan Beli Aman: Legalitas, Grade, Uji Cepat, Perawatan + Mini-FAQ
Supaya tidak menyesal, ikuti checklist ini saat transaksi.
Checklist beli ulin (ringkas tapi nendang)
- Minta legalitas: sertifikat SVLK; untuk domestik, minta bukti faktur/nota resmi dari unit usaha berizin. Jangan sentuh barang “tanpa kertas”.
- Tanya asal: Kalimantan/Sulawesi, baru atau reclaimed. Reclaimed yang bagus: bekas jembatan, dermaga, bantalan-cek lubang paku dan kondisi retak.
- Cek kadar air (MC): target ≤16% untuk outdoor. Pakai moisture meter jika bisa. Kayu terlalu basah akan melenting/retak saat kering.
- Periksa mutu: pilih papan lurus, minim retak ujung, minim mata mati. Ulin berat-papan yang terlalu ringan patut dicurigai bukan ulin.
- Uji tenggelam: potongan ulin cenderung tenggelam cepat karena rapat. Bukan alat ukur ilmiah, tapi membantu menyaring penipuan.
- Uji bau/tekstur: ulin ada bau khas, tekstur berminyak/halus. Seratnya padat, warna cokelat kehitaman gelap seiring umur.
- Fastener & finishing: siapkan sekrup stainless dan oil UV. Masukkan ini ke RAB sejak awal.
- Kontrak kerja: tulis spesifikasi grade, MC, dimensi, pemasangan (celah, ventilasi), garansi minimal 6-12 bulan, dan jadwal perawatan.
Tip anti-penipuan: banyak pedagang menyebut “ulin Sulawesi” untuk kayu keras lain. Ambil sampel, timbangan digital, dan moisture meter sederhana. Bandingkan 2-3 pemasok. Harga miring ekstrem hampir pasti ada kompromi (legalitas atau mutu).
Perawatan singkat (outdoor)
- Cuci ringan tiap 1-2 minggu, sapu daun/kotoran.
- Oil dengan UV filter tiap 3-4 bulan di area full sun; 6 bulan sekali di area teduh.
- Perbaiki retak ujung dengan epoxy kayu bila perlu; re-seal ujung papan setelah pemotongan.
- Pastikan drainase: jangan biarkan air menggenang di bawah deck.
Mini-FAQ
- Ulin benar tahan rayap? Ya, ulin kelas awet I. Rayap dan jamur permukaan jarang jadi masalah jika ventilasi baik. Kotoran atau genangan memberi jamur noda, tapi ini kosmetik.
- Perlu di-oven? Lebih ke dikeringkan terkontrol. Oven kilen bagus, tapi yang penting MC konsisten. Kayu terlalu basah rawan melenting.
- Kenapa papan saya jadi abu-abu? Itu weathering alami UV. Gunakan oil berpigmen untuk jaga warna, atau biarkan patina abu-abu yang elegan.
- Boleh untuk kamar mandi? Bisa untuk lantai kisi atau platform shower. Pastikan ventilasi dan jarak antar papan.
- Legalitas apa yang harus saya lihat? Dokumen SVLK dari pemasok dan bukti pembelian resmi. Untuk proyek besar, minta juga detail asal dan batch produksi.
- Apa komposit (WPC) pasti lebih licin? Tergantung profil dan merk. Banyak WPC modern punya tekstur anti-slip dan stabil warna.
Alternatif yang masuk akal bila tidak memilih ulin
- Merbau: tampilan eksotis, kuat, harga lebih bersahabat. Butuh perawatan mirip ulin.
- Bengkirai/Keruing: ekonomis, cukup untuk area tidak ekstrem. Pastikan desain melindungi kayu dari hujan langsung.
- WPC komposit: minim perawatan, pilihan warna seragam, tapi saat panas bisa lebih hangat di kaki.
- Reclaimed ulin: etis dan autentik, tapi seleksi lebih ketat, potongan sering pendek.
Keputusan akhir-pakai aturan praktis:
- Pilih ulin jika: paparan ekstrem + ingin umur 20+ tahun + siap urusan legalitas + anggaran cukup.
- Pilih alternatif jika: paparan moderat + ingin hemat awal + minim perawatan + tidak butuh umur sangat panjang.
Langkah berikutnya (singkat dan to the point)
- Pemilik rumah: ukur area, buat sketsa, tentukan paparan matahari/hujan, pilih 2 opsi (ulin vs alternatif), minta 3 penawaran tertulis lengkap spesifikasi.
- Kontraktor: siapkan metode kerja: celah, ventilasi, fastener stainless, oil UV; lampirkan bukti legalitas pemasok di RAB.
- Arsitek/desainer: kunci di detail: sambungan, sistem subframe (kayu keras/galvanis), drainase, dan akses servis untuk pembersihan.
Kalau semua kotak di checklist tercentang-legalitas jelas, mutu bagus, desain benar-ulin itu layak dibeli. Kalau tidak, jangan ragu beralih ke merbau, bengkirai, atau komposit. Keindahan tinggal dan biaya hidup bangunanmu akan berterima kasih.
Tulis komentar