Pohon ulin adalah salah satu jenis kayu paling tahan lama di dunia. Di Kalimantan, pohon ini tumbuh di hutan tropis lebat, dan kayunya digunakan untuk tiang rumah, jembatan, bahkan dermaga laut karena tak mudah lapuk, dimakan rayap, atau retak meski terkena air laut bertahun-tahun. Tapi kalau kamu pernah bertanya, pohon ulin butuh berapa lama untuk tumbuh sampai siap ditebang? Jawabannya tidak sederhana.
Pohon Ulin Tumbuh Sangat Lambat
Pohon ulin (Eusideroxylon zwageri) tidak seperti pohon jati atau akasia yang bisa dipanen dalam 10-15 tahun. Ulin butuh waktu minimal 80 tahun untuk mencapai ukuran kayu yang layak secara komersial. Di kondisi alami, banyak pohon ulin yang butuh 100-150 tahun untuk tumbuh cukup besar - dengan diameter batang lebih dari 60 cm dan tinggi lebih dari 30 meter.
Ini bukan karena tanahnya buruk atau cuacanya jelek. Ini karena ulin adalah spesies yang secara evolusi memilih kualitas daripada kecepatan. Kayunya sangat padat, dengan densitas sekitar 1,2 gram per cm³ - lebih berat daripada air. Itu artinya, sel-sel kayunya tumbuh sangat pelan, menumpuk lignin dan zat-zat tahan alam yang membuatnya kebal terhadap serangan jamur dan serangga.
Di hutan alam Kalimantan, pohon ulin dewasa biasanya ditemukan di kawasan yang belum pernah ditebang selama ratusan tahun. Kalau kamu lihat pohon ulin di pasar kayu, kemungkinan besar itu berasal dari pohon yang tumbuh sejak zaman kakekmu masih kecil.
Kenapa Tidak Bisa Ditanam Cepat?
Beberapa orang berpikir, kenapa tidak dibuat kebun ulin seperti kebun kelapa atau karet? Masalahnya, ulin tidak mudah dibudidayakan. Benihnya sangat sulit berkecambah. Di alam, benih ulin hanya tumbuh di bawah kanopi hutan yang gelap dan lembap - tidak bisa tumbuh di terang matahari langsung. Bahkan di pusat penelitian seperti Balai Penelitian Kehutanan Balikpapan, upaya budidaya ulin masih sangat terbatas.
Di laboratorium, hanya 1 dari 100 benih ulin yang berhasil tumbuh menjadi bibit sehat. Dan bahkan kalau berhasil, pohon itu butuh 5-7 tahun hanya untuk mencapai ketinggian 1 meter. Setelah itu, pertumbuhannya melambat lagi. Dalam 20 tahun, pohon ulin di kebun mungkin baru setinggi 4-5 meter. Bandingkan dengan jati yang dalam 10 tahun sudah bisa mencapai 15 meter.
Sejak 2010, pemerintah Indonesia sudah mencoba program reboisasi ulin di beberapa lokasi di Kalimantan Timur dan Selatan. Tapi hasilnya sangat kecil. Dari ribuan bibit yang ditanam, hanya 15-20% yang bertahan sampai usia 10 tahun. Dan belum ada satu pun kebun ulin buatan yang bisa dipanen komersial sampai sekarang.
Kayu Ulin di Pasar: Dari Mana Asalnya?
Kalau kamu lihat harga kayu ulin di pasar, misalnya di Samarinda atau Banjarmasin, kamu sedang membeli kayu dari hutan alam. Bukan dari kebun. Ini karena tidak ada pasokan berkelanjutan dari budidaya. Kayu ulin yang dijual hari ini berasal dari pohon-pohon tua yang tumbuh sejak abad lalu.
Di pasar, kayu ulin diukur berdasarkan diameter batang dan panjangnya. Kayu dengan diameter 50-60 cm dan panjang 4 meter bisa harganya mencapai Rp 12 juta per meter kubik. Tapi itu hanya untuk kayu kelas dua. Kayu kelas satu - yang bebas cacat, berwarna gelap pekat, dan padat sempurna - bisa menyentuh Rp 20 juta per meter kubik. Harga itu tidak naik karena permintaan. Harga naik karena persediaan turun drastis.
Pemerintah sudah melarang penebangan ulin di hutan alam sejak 2017. Tapi masih ada perdagangan ilegal. Kayu ulin sering dikirim lewat jalur sungai ke Malaysia atau Tiongkok, dengan dokumen palsu yang menyebutnya sebagai "kayu campuran" atau "kayu lokal". Di pasar gelap, kayu ulin bisa dijual 3-5 kali lipat dari harga resmi.
Bagaimana Dampaknya bagi Lingkungan?
Ketika pohon ulin ditebang, hutan tidak bisa pulih dalam waktu singkat. Karena pohon ini tumbuh sangat lambat, satu pohon yang ditebang akan butuh 100 tahun untuk digantikan. Artinya, setiap kali kamu membeli furnitur atau tiang dari kayu ulin, kamu sebenarnya mengambil aset yang dibangun selama seabad.
Di Kalimantan, hutan yang dulu dipenuhi pohon ulin sekarang tinggal 15% dari luas aslinya. Di wilayah Kutai Barat dan Mahakam Ulu, pohon ulin dewasa sudah sangat jarang ditemukan. Peneliti dari Universitas Mulawarman memperkirakan bahwa jika penebangan ilegal terus berlanjut, pohon ulin dewasa bisa punah dari hutan alam dalam 30 tahun.
Ini bukan hanya soal kayu. Pohon ulin adalah bagian dari ekosistem yang mendukung ratusan spesies satwa - dari orangutan hingga burung enggang. Akar pohon ulin yang besar membantu mencegah longsor di lereng sungai. Daunnya menjadi makanan bagi serangga yang menjadi makanan burung. Hilangnya satu pohon ulin berarti hilangnya jaringan kehidupan yang kompleks.
Apa Alternatifnya?
Jika kamu butuh kayu yang tahan lama seperti ulin, ada beberapa alternatif yang lebih berkelanjutan:
- Kayu jati perkerasan - lebih cepat tumbuh, tahan terhadap kelembapan, dan bisa dipanen dalam 25-30 tahun.
- Kayu meranti merah - meski tidak sepadat ulin, tapi lebih tahan terhadap serangga dan bisa diolah dengan bahan pengawet alami.
- Kayu laminasi kayu olahan - campuran serbuk kayu dan resin, bisa dibuat dengan kekuatan setara ulin, dan diproduksi secara massal.
- Bambu super kuat - jenis bambu seperti Dendrocalamus asper bisa tumbuh dalam 3-5 tahun dan punya kekuatan tekan yang mendekati kayu keras.
Beberapa produsen di Surabaya dan Bandung sudah mulai memproduksi komposit kayu-bambu yang tahan air dan tidak memerlukan perawatan. Harganya 40% lebih murah dari kayu ulin, dan tidak merusak hutan.
Bagaimana Kamu Bisa Berkontribusi?
Jika kamu sedang membangun rumah, jangan langsung memilih kayu ulin hanya karena terdengar "paling kuat". Tanyakan asal kayunya. Minta sertifikat legal dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jika penjual tidak bisa menunjukkan dokumen, kemungkinan besar itu kayu ilegal.
Kamu juga bisa mendukung inisiatif restorasi. Di Kalimantan Timur, ada kelompok masyarakat yang menanam ulin di lahan bekas tambang. Mereka butuh bantuan dana dan bibit. Bukan untuk dijual, tapi untuk memulihkan hutan.
Setiap pohon ulin yang kamu pilih untuk tidak ditebang adalah satu langkah menuju masa depan yang lebih tahan lama - bukan hanya untuk kayu, tapi untuk hutan, satwa, dan generasi mendatang.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan pohon ulin untuk tumbuh hingga siap ditebang?
Pohon ulin membutuhkan waktu minimal 80 tahun untuk tumbuh cukup besar agar layak ditebang secara komersial. Di alam liar, kebanyakan pohon ulin yang dipanen berusia 100-150 tahun. Pertumbuhannya sangat lambat karena kayunya sangat padat dan tahan alam, sehingga sel-sel kayu berkembang perlahan.
Bisakah pohon ulin ditanam di kebun?
Sampai sekarang, budidaya pohon ulin di kebun belum berhasil secara komersial. Benihnya sulit berkecambah, membutuhkan kondisi teduh dan lembap, dan pertumbuhannya sangat lambat - hanya sekitar 1 meter dalam 5-7 tahun. Program reboisasi di Kalimantan belum menghasilkan pohon yang siap panen dalam waktu yang layak.
Mengapa kayu ulin begitu mahal?
Kayu ulin mahal karena persediaannya sangat terbatas. Semua kayu ulin yang beredar berasal dari hutan alam yang sudah tua, dan penebangan ilegal telah mengurangi populasi pohon dewasa. Harga bisa mencapai Rp 12 juta hingga Rp 20 juta per meter kubik tergantung kualitas, karena tidak ada pasokan berkelanjutan dari budidaya.
Apakah ada pengganti kayu ulin yang lebih ramah lingkungan?
Ya, ada beberapa alternatif seperti kayu jati perkerasan, bambu super kuat (Dendrocalamus asper), dan komposit kayu-bambu. Bambu bisa dipanen dalam 3-5 tahun, dan komposit kayu bisa dirancang untuk meniru kekuatan dan ketahanan ulin tanpa merusak hutan alam.
Apakah kayu ulin masih legal untuk diperdagangkan?
Penebangan pohon ulin di hutan alam dilarang sejak 2017. Namun, perdagangan ilegal masih terjadi. Kayu ulin yang legal hanya berasal dari stok cadangan yang diizinkan sebelum larangan, atau dari proyek restorasi yang diawasi pemerintah. Selalu minta sertifikat legal dari Kementerian LHK sebelum membeli.