Kayu bangkirai bukan sekadar kayu biasa. Di tengah banyaknya jenis kayu keras yang ditawarkan pasar, bangkirai tetap jadi pilihan utama untuk konstruksi luar ruangan, jembatan, dan dek rumah. Kenapa? Karena ia punya kombinasi sifat yang sulit ditiru oleh kayu lain. Bukan hanya kuat, tapi juga tahan lama, tahan air, dan nyaris tidak diserang serangga. Ini bukan klaim marketing-ini fakta yang sudah dibuktikan di lapangan selama puluhan tahun.
Asal-usul dan Ciri Fisik Pohon Bangkirai
Pohon bangkirai (Schleichera oleosa) tumbuh alami di hutan tropis Kalimantan, Sumatra, dan sebagian Sulawesi. Pohon ini bisa mencapai tinggi 40-50 meter dengan diameter batang hingga 1,5 meter. Kulitnya kasar, berwarna abu-abu kecoklatan, dan seringkali retak-retak dalam pola vertikal. Daunnya majemuk, berbentuk jari, dan tumbuh rapat di cabang-cabang atas. Saat ditebang, kayunya berwarna kuning kecoklatan terang, dengan serat lurus dan tekstur halus. Warnanya tidak pudar cepat meski terkena sinar matahari langsung-salah satu alasan kenapa banyak orang memilihnya untuk dek rumah.
Keunikan Utama: Ketahanan Terhadap Rayap dan Jamur
Ini adalah fitur paling menonjol dari kayu bangkirai. Berbeda dengan kayu jati yang butuh perawatan berkala, bangkirai punya kandungan minyak alami dan senyawa fenolik yang secara alami menolak serangga dan jamur. Penelitian dari Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan menunjukkan bahwa kayu bangkirai mampu bertahan lebih dari 25 tahun di lingkungan lembap tanpa perlakuan kimia. Di Jawa Timur, jembatan kayu bangkirai yang dibangun tahun 1998 masih berdiri kokoh hingga 2025-tanpa diganti atau diobati ulang. Ini jauh lebih unggul dibanding kayu kelas III atau IV yang biasanya mulai rusak dalam 5-10 tahun.
Kekuatan Mekanis: Lebih Keras dari Kayu Jati
Jika Anda pernah memotong kayu jati, Anda tahu betapa kerasnya itu. Tapi bangkirai bahkan lebih keras. Nilai kekerasan Janka-nya sekitar 13.200 N, sedangkan jati hanya sekitar 11.000 N. Artinya, bangkirai lebih tahan terhadap goresan, benturan, dan tekanan berat. Ini membuatnya ideal untuk lantai yang sering dilalui, tangga, atau konstruksi struktural seperti balok dan kolom. Di proyek-proyek infrastruktur seperti dermaga atau jembatan penyeberangan, bangkirai jadi pilihan karena tidak mudah melengkung atau retak meski terpapar air laut dan cuaca ekstrem.
Tahan Air dan Tidak Mudah Membengkak
Kayu biasa akan menyerap air, lalu mengembang dan menyusut. Itu sebabnya banyak lantai kayu di rumah jadi berbunyi creck dan retak dalam beberapa tahun. Bangkirai memiliki densitas tinggi (0,8-0,9 g/cm³) dan pori-pori yang sangat rapat. Ini membuatnya menyerap air jauh lebih sedikit-hanya sekitar 12% setelah direndam 24 jam, dibandingkan dengan kayu kelas rendah yang bisa menyerap hingga 30%. Hasilnya? Tidak banyak perubahan ukuran, tidak mudah melengkung, dan tidak mudah pecah meski terkena hujan terus-menerus.
Perawatan Minim, Umur Panjang
Anda tidak perlu mengecat atau melapisinya dengan cat anti rayap setiap dua tahun. Cukup bersihkan debu dan kotoran dengan kain basah, lalu biarkan kering. Jika ingin mempertahankan warna aslinya, Anda bisa oleskan minyak kayu alami sekali setiap 1-2 tahun. Tidak perlu cat berbahan kimia beracun. Ini membuat bangkirai ramah lingkungan dan aman untuk keluarga, terutama jika dipakai di area bermain anak atau dek rumah. Banyak pemilik rumah di Bali dan Lombok yang memilih bangkirai karena mereka ingin material yang tahan lama tanpa harus repot merawatnya tiap musim hujan.
Bandingkan dengan Kayu Lain: Bangkirai vs Ulin vs Jati
| Sifat | Bangkirai | Ulin | Jati | 
|---|---|---|---|
| Kelembapan alami (%) | 12-15 | 10-14 | 14-18 | 
| Kekekerasan Janka (N) | 13.200 | 14.500 | 11.000 | 
| Tahan rayap alami | Ya | Ya | Ya, tapi butuh minyak | 
| Harga per m³ (2025) | Rp18-22 juta | Rp25-35 juta | Rp15-20 juta | 
| Umur pakai tanpa perawatan | 25+ tahun | 30+ tahun | 15-20 tahun | 
| Ketersediaan | Stabil | Sangat terbatas | Stabil | 
Ulin memang lebih keras dan tahan lebih lama, tapi harganya hampir dua kali lipat dan pasokannya sangat terbatas karena dilindungi. Jati lebih murah, tapi butuh perawatan rutin dan tidak sekuat bangkirai di lingkungan lembap. Bangkirai menemukan titik tengah yang sempurna: harga masuk akal, ketersediaan stabil, dan performa tinggi.
Kelemahan yang Perlu Diperhatikan
Tidak ada yang sempurna. Bangkirai punya satu kelemahan utama: beratnya. Kayu ini sangat padat, sehingga sulit diangkut dan dipotong tanpa alat khusus. Pemotongan dengan gergaji biasa bisa memakan waktu lama dan cepat tumpul. Anda perlu gergaji listrik bertenaga tinggi atau gergaji berbahan karbida. Selain itu, karena densitasnya tinggi, bangkirai tidak cocok untuk proyek yang membutuhkan kayu ringan, seperti partisi dalam rumah atau furnitur kecil. Ia lebih cocok untuk struktur yang menahan beban berat dan terpapar elemen luar.
Bagaimana Memilih Kayu Bangkirai yang Berkualitas?
- Pilih kayu yang berwarna kuning kecoklatan seragam, tanpa bercak hitam atau hijau (tanda jamur).
 - Cek kepadatan: angkat sepotong kayu. Jika terasa sangat berat untuk ukurannya, itu pertanda bagus.
 - Hindari kayu yang berbau anyir atau berlendir-itu tanda kayu basah atau belum dikeringkan dengan baik.
 - Gunakan kayu yang sudah melalui proses pengeringan oven (kiln-dried), bukan kayu yang hanya dijemur di bawah sinar matahari.
 - Belilah dari supplier yang bisa menunjukkan sertifikat FSC atau legalitas kayu dari Kementerian Lingkungan Hidup.
 
Di Mana Kayu Bangkirai Paling Banyak Digunakan?
Bangkirai tidak hanya dipakai di rumah-rumah mewah. Ia jadi tulang punggung banyak proyek publik: dermaga di Makassar, jembatan di Kalimantan Tengah, dek wisata di Pulau Seribu, bahkan trotoar di kota-kota besar seperti Bandung dan Surabaya. Di hotel-hotel resort di Bali, bangkirai jadi pilihan utama untuk kolam renang dan area spa karena tidak licin saat basah dan tidak mengeluarkan getah seperti kayu lain. Bahkan di Jepang dan Singapura, arsitek memilih bangkirai untuk proyek eksterior modern karena estetikanya yang natural dan ketahanannya yang luar biasa.
Kesimpulan: Mengapa Bangkirai Masih Jadi Pilihan Terbaik?
Kayu bangkirai bukan sekadar kayu keras. Ia adalah solusi cerdas untuk konstruksi jangka panjang. Ia menawarkan kekuatan yang setara dengan ulin, ketahanan yang lebih baik dari jati, dan harga yang jauh lebih terjangkau. Jika Anda ingin membangun sesuatu yang akan bertahan selama puluhan tahun tanpa perlu sering diperbaiki, bangkirai adalah pilihan yang tidak bisa diabaikan. Ia bukan yang termurah, tapi yang paling hemat biaya dalam jangka panjang. Tidak ada yang lebih bijak daripada memilih material yang tidak perlu diganti-karena ia sudah dirancang untuk bertahan.
Apakah kayu bangkirai aman untuk anak-anak?
Ya, kayu bangkirai aman untuk anak-anak karena tidak mengandung bahan kimia beracun. Ia tidak perlu dicat atau dilapisi dengan bahan pelindung sintetis. Permukaannya halus dan tidak mengeluarkan getah seperti kayu pinus atau meranti. Banyak taman bermain dan dek rumah di Indonesia yang memilih bangkirai karena keamanannya dan ketahanannya terhadap cuaca.
Bisa dipakai untuk lantai dalam rumah?
Bisa, tapi tidak disarankan kecuali untuk ruangan khusus. Kayu bangkirai sangat berat dan keras, sehingga kurang nyaman untuk lantai kamar tidur atau ruang tamu. Ia lebih cocok untuk area yang sering dilewati seperti koridor, dapur, atau ruang keluarga. Jika ingin lantai dalam rumah yang nyaman, kayu jati atau merbau lebih pas.
Berapa lama umur kayu bangkirai jika dipakai di luar ruangan?
Dengan perawatan minimal, kayu bangkirai bisa bertahan lebih dari 25 tahun di luar ruangan. Di lingkungan lembap seperti pinggir laut atau hutan, ia masih mampu bertahan tanpa kerusakan struktural. Beberapa jembatan dan dermaga di Kalimantan yang dibangun tahun 1990-an masih berfungsi hingga 2025 tanpa penggantian.
Apakah bangkirai ramah lingkungan?
Jika dipanen secara berkelanjutan, ya. Bangkirai tumbuh lebih cepat daripada ulin dan tidak termasuk dalam daftar kayu langka yang dilindungi. Pilihlah kayu yang bersertifikat FSC atau memiliki legalitas dari Kementerian Lingkungan Hidup. Hindari kayu ilegal yang berasal dari penebangan liar.
Bagaimana cara merawat kayu bangkirai agar warnanya tidak pudar?
Cukup bersihkan permukaan dari debu dan kotoran dengan kain basah. Setiap 1-2 tahun, oleskan minyak kayu alami seperti minyak tung atau minyak teak. Hindari cat berbasis air atau kimia kuat karena bisa menutup pori-pori kayu. Jika tidak diobati, warnanya akan berubah menjadi abu-abu keperakan-ini adalah proses alami dan tidak merusak struktur kayu.