Kayu Ipe: Keunggulan, Harga, dan Alternatif Terbaik di Indonesia

Kayu ipe, sejenis kayu tropis yang berasal dari Amerika Selatan, dikenal sebagai salah satu kayu paling keras dan tahan lama di dunia. Also known as lapacho, ia sering dipakai untuk dek, jembatan, dan konstruksi luar ruangan yang butuh ketahanan ekstrem. Di Indonesia, kayu ini sering dibandingkan dengan kayu ulin dan kayu bengkirai, dua jenis kayu lokal yang punya karakter serupa tapi lebih mudah didapat.

Kayu ipe punya kekuatan hampir setara dengan ulin, tapi harganya bisa dua kali lipat lebih mahal karena impor dan biaya logistik. Ia tahan terhadap rayap, air laut, dan cuaca panas—bisa bertahan hingga 40 tahun tanpa perawatan. Tapi ada masalah: sertifikat keberlanjutannya sering ambigu. Banyak kayu ipe yang masuk ke Indonesia tanpa bukti legal, sehingga risiko mendukung deforestasi di Amazon tinggi. Sementara itu, kayu ulin dari Kalimantan punya kekuatan hampir sama, tapi lebih jelas asal-usulnya dan lebih banyak tersedia di pasar lokal. Kayu bengkirai, meski sedikit lebih lembut, jauh lebih terjangkau dan tetap tahan hingga 25 tahun tanpa cat atau pelindung.

Kalau kamu cari kayu untuk teras rumah, jembatan kecil, atau tiang penyangga, kamu sebenarnya tidak perlu membeli ipe. Ulin dan bengkirai sudah cukup kuat, lebih murah, dan lebih etis. Banyak pembangun besar di Indonesia mulai beralih ke kayu lokal karena kualitasnya tidak kalah, dan dampak lingkungannya jauh lebih kecil. Yang penting bukan mereknya, tapi asal-usul dan cara pemakaiannya. Di bawah ini, kamu akan temukan panduan lengkap soal harga, kelemahan, dan perbandingan langsung antara ipe, ulin, dan bengkirai—semua berdasarkan data terbaru 2025 dan pengalaman nyata di lapangan.