Kayu ulin sering disebut sebagai kayu ulin paling kuat di dunia. Tapi seberapa langka benar-benar kayu ini hari ini? Jika kamu sedang mencari kayu ulin untuk proyek rumah, jembatan, atau dek pantai, kamu perlu tahu kondisi sebenarnya di lapangan-bukan hanya iklan di media sosial yang bilang ‘stok banyak’.
Kayu Ulin Bukan Kayu Biasa
Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) adalah jenis pohon tropis yang tumbuh hanya di hutan hujan Kalimantan dan sebagian Sulawesi. Bukan cuma keras-kayu ini tahan terhadap rayap, jamur, dan air laut. Itu sebabnya, jembatan di Pontianak yang dibangun tahun 1970 masih berdiri kokoh sampai sekarang, tanpa pernah diganti kayunya. Kayu ulin punya densitas sekitar 1,2 gram per cm³. Artinya, ia tenggelam di air. Kayu jati yang dianggap kuat? Hanya 0,8 gram per cm³. Ulin jauh lebih padat, lebih tahan, dan jauh lebih sulit ditemukan.
Kenapa Kayu Ulin Jadi Langka?
Langkanya kayu ulin bukan karena orang tiba-tiba berhenti memakainya. Tapi karena pohonnya tumbuh sangat lambat. Satu pohon ulin butuh 80-120 tahun untuk mencapai ukuran panen yang layak. Bayangkan: pohon yang ditanam tahun 1945 baru bisa ditebang tahun 2025. Sementara itu, penebangan liar dan konversi hutan untuk perkebunan kelapa sawit terus mengurangi populasi alami.
Pada tahun 2020, IUCN (International Union for Conservation of Nature) menaikkan status kayu ulin ke kategori Vulnerable-berarti ia berisiko punah di alam liar jika tidak ada perlindungan ketat. Di Kalimantan, penebangan ilegal masih terjadi, meski pemerintah sudah melarang ekspor kayu bulat sejak 2019. Tapi kayu olahan-seperti papan, balok, atau lantai-masih banyak diperdagangkan, terutama dari stok lama atau dari hutan yang tidak terdaftar.
Stok Kayu Ulin Sekarang: Berapa Banyak yang Masih Tersisa?
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2024, stok kayu ulin alami di Kalimantan tersisa kurang dari 3% dari total volume hutan primer. Itu berarti, dari 100 pohon ulin yang ada tahun 1980, hanya sekitar 3 yang masih hidup sampai sekarang dalam kondisi layak tebang.
Di Samarinda, tempatku tinggal, pedagang kayu yang sudah 20 tahun berjualan bilang: ‘Dulu, kita bisa dapat 20 kubik kayu ulin dalam seminggu. Sekarang, kalau dapat 5 kubik dalam sebulan, itu sudah rezeki.’ Banyak toko kayu yang sekarang jual ‘kayu ulin’-tapi sebenarnya itu kayu jati belanda, kayu kempas, atau kayu olahan yang dicat hitam agar mirip ulin.
Cara Membedakan Kayu Ulin Asli dan Palsu
Jangan percaya hanya pada kata-kata penjual. Ini cara praktis memeriksa keaslian kayu ulin:
- Warna dan tekstur: Ulin asli punya warna cokelat kehitaman dengan serat halus dan mengkilap alami. Jika terlihat terlalu hitam pekat atau ada lapisan cat, itu dicat.
- Berat: Ambil sepotong kecil. Ulin asli sangat berat. Kalau kamu bisa angkat dengan satu tangan dan tidak merasa berat, itu bukan ulin.
- Uji air: Letakkan serpihan kecil di air. Ulin asli akan langsung tenggelam. Kayu palsu seperti kempas atau jati akan mengapung.
- Bau: Kayu ulin punya aroma kayu yang khas-agak manis, seperti kayu cendana basah. Jika bau menyengat atau tidak berbau sama sekali, itu bukan ulin.
- Sertifikat legal: Minta dokumen CITES atau Sertifikat Asal Kayu (SAK) dari KLHK. Tanpa ini, jangan beli.
Harga Kayu Ulin di 2025: Berapa yang Harus Kamu Siapkan?
Harga kayu ulin bukan lagi soal ‘mahal’. Ini soal ‘langka’. Di Samarinda, harga kayu ulin kualitas A (bebas cacat, tebal 4 cm, panjang 4 meter) berkisar antara Rp 18 juta sampai Rp 25 juta per meter kubik. Itu harga untuk kayu yang sudah diolah dan punya sertifikat.
Kalau kamu lihat harga di bawah Rp 12 juta per m³, itu hampir pasti palsu atau dari sumber ilegal. Dan kalau kamu beli dari penjual yang tidak bisa tunjukkan dokumen, kamu berisiko:
- Ditilang atau disita oleh petugas kehutanan
- Kayu rusak karena bukan ulin asli
- Menyokong perusakan hutan
Beberapa perusahaan besar seperti PT Tirta Sari Lestari di Banjarmasin sudah mulai menanam ulin secara terkelola. Tapi hasilnya baru akan bisa dipanen tahun 2040-an. Jadi, untuk sekarang, semua kayu ulin yang beredar adalah dari hutan alami-dan itu sangat terbatas.
Apa Alternatifnya? Kayu yang Mirip Ulin tapi Lebih Ramah Lingkungan
Jika kamu butuh kekuatan dan ketahanan seperti ulin, tapi tidak ingin berkontribusi pada kepunahan pohon langka, ada beberapa alternatif yang sudah terbukti:
- Kayu jati belanda: Lebih ringan, tapi tahan air dan rayap. Harganya sekitar Rp 8-12 juta per m³. Cocok untuk dek rumah.
- Kayu kamper: Tahan terhadap cuaca ekstrem, seratnya padat. Harga Rp 10-15 juta per m³.
- Kayu kempas: Lebih murah, tapi kurang tahan lama. Bisa dipakai untuk konstruksi sementara.
- Kayu rekayasa (composite wood): Gabungan serat kayu dan plastik. Tahan 50 tahun, tidak perlu perawatan, dan 100% ramah lingkungan. Harganya sekitar Rp 15-20 juta per m³.
Di proyek jembatan di Tenggarong tahun 2023, pemerintah daerah memilih kayu composite sebagai pengganti ulin. Hasilnya? Lebih tahan lama, tidak pernah dicat, dan tidak ada penebangan hutan.
Yang Harus Kamu Lakukan Sekarang
Jika kamu benar-benar butuh kayu ulin:
- Carilah penjual yang punya sertifikat CITES dan SAK.
- Periksa asal kayu-harus dari Kalimantan Timur atau Kalimantan Selatan yang terdaftar.
- Beli dalam jumlah kecil. Jangan beli 10 kubik sekaligus jika kamu cuma butuh 1 kubik.
- Pertimbangkan alternatif ramah lingkungan. Mereka lebih murah, lebih mudah didapat, dan tidak merusak hutan.
Kayu ulin bukan sekadar bahan bangunan. Ia adalah warisan alam yang butuh waktu satu abad untuk tumbuh. Kalau kamu membelinya sekarang, kamu bukan hanya membeli kayu. Kamu membeli sisa dari satu generasi pohon yang hampir habis.
Apakah kayu ulin benar-benar langka di Kalimantan tahun 2025?
Ya, kayu ulin sangat langka. Populasi alaminya hanya tersisa sekitar 3% dari jumlah tahun 1980. Penebangan ilegal dan perusakan hutan membuatnya sulit ditemukan. Pohon ulin butuh 80-120 tahun untuk tumbuh, dan penebangan saat ini jauh lebih cepat daripada regenerasinya.
Berapa harga kayu ulin asli per meter kubik di 2025?
Harga kayu ulin asli berkisar antara Rp 18 juta hingga Rp 25 juta per meter kubik, tergantung kualitas, ketebalan, dan keberadaan sertifikat legal. Harga di bawah Rp 12 juta kemungkinan besar palsu atau dari sumber ilegal.
Bagaimana cara membedakan kayu ulin asli dan palsu?
Cek beratnya-ulin asli sangat berat dan tenggelam di air. Warna alaminya cokelat kehitaman dengan serat halus, bukan hitam pekat. Bau khasnya seperti kayu cendana basah. Pastikan ada sertifikat CITES atau SAK dari KLHK. Jika tidak ada, hindari.
Apakah ada alternatif kayu ulin yang lebih ramah lingkungan?
Ada beberapa alternatif: kayu jati belanda, kamper, kempas, dan composite wood. Kayu composite-campuran serat kayu dan plastik-paling direkomendasikan karena tahan 50 tahun, tidak butuh perawatan, dan tidak memerlukan penebangan pohon.
Kenapa pemerintah melarang ekspor kayu bulat ulin?
Larangan ekspor kayu bulat diberlakukan sejak 2019 untuk mendorong industri pengolahan dalam negeri dan melindungi sumber daya alam. Tujuannya agar nilai tambah tetap di Indonesia dan tidak ada eksploitasi berlebihan terhadap pohon langka seperti ulin.
yusaini ahmad
Kayu ulin emang bener-bener legendaris. Aku pernah lihat jembatan di Pontianak yang masih berdiri sejak 1970 tanpa pernah diganti. Itu bukan kebetulan, itu hasil dari kekuatan alam yang tak tergantikan. Sekarang kita cuma bisa ngebeli sisa-sisanya, dan itu harus dengan hati-hati. Jangan sampai kita beli kayu palsu terus malah ikut merusak hutan.
Lebih baik pilih composite wood. Tahan 50 tahun, nggak perlu dicat, dan nggak ada pohon yang ditebang. Ini bukan kompromi, ini kemajuan.
yonathan widyatmaja
Wah, ini beneran info penting banget! 🙌
Baru tahu kalau ulin bisa tenggelam di air 😱
Dulu aku beli lantai kayu katanya ulin, ternyata cuma jati belanda dicat hitam. Nyesek banget. Sekarang aku cek berat dulu sebelum beli. Kalau ringan, langsung skip. Sertifikat CITES wajib! 🚫🌳
muhamad luqman nugraha sabansyah
Kalau kamu bilang kayu ulin langka, itu karena kamu nggak tahu bagaimana sistemnya berjalan. Pemerintah bilang larangan ekspor kayu bulat, tapi siapa yang ngontrol di hutan-hutan terpencil? Penebangan ilegal masih berjalan seperti biasa, dan yang jual kayu ulin asli? Mereka cuma jual sisa stok lama dari tahun 90-an. Ini bukan kelangkaan alam, ini kelangkaan transparansi.
Composite wood? Itu plastik yang dibungkus kayu. Kamu lebih peduli pada pohon atau pada label ramah lingkungan yang dibuat oleh korporasi?
wawan setiawan
Bayangkan kamu punya kakek yang hidup 120 tahun. Sekarang kamu butuh kayu dari kakek itu buat meja. Tapi kamu nggak bisa nunggu dia mati secara alami, jadi kamu tebang dia sekarang karena kamu butuh meja minggu ini.
Itu sebenernya yang kita lakukan. Kayu ulin bukan barang konsumsi. Itu warisan. Dan kita lagi menjual warisan itu buat harga Rp18 juta per kubik sambil bilang 'ini solusi berkelanjutan'.
Lucu, kan? Kita jadi kaya karena merusak sejarah.
Dani leam
Data KLHK 2024 memang valid. Stok ulin alami di Kalimantan tersisa kurang dari 3%. Harga Rp18-25 juta per m³ sudah sesuai dengan supply-demand. Alternatif seperti jati belanda dan composite wood memang layak dipertimbangkan, terutama untuk proyek skala besar. Sertifikat SAK dan CITES wajib diperiksa secara fisik, bukan hanya dilihat di foto WhatsApp.
Rahmat Widodo
Aku setuju banget sama poin alternatifnya. Aku baru aja selesai bangun dek rumah pake composite wood, dan hasilnya keren banget. Nggak pernah dicat, nggak retak, dan nggak ada yang tahu itu bukan kayu asli. Yang penting, aku tidur nyenyak karena nggak ikut merusak hutan.
Ulin itu keren, tapi kita bisa jadi keren juga tanpa harus mengorbankan alam. Ini bukan soal pilih-pilih, ini soal bertanggung jawab.
Yuliana Preuß
Di rumahku di Bali, aku pake kayu ulin untuk lantai kamar tamu. Tapi aku beli dari penjual yang punya sertifikat dari Kalimantan Timur, dan aku bayar lebih mahal karena aku tahu itu harga yang adil.
Kayu ini bukan cuma bahan bangunan. Ini bagian dari budaya kita. Aku beli bukan karena aku ingin punya yang paling mahal, tapi karena aku ingin menghormati yang masih tersisa.
Terima kasih atas informasi ini. Semoga lebih banyak orang sadar.
Emsyaha Nuidam
Composite wood? Hah. Itu produk korporasi global yang memanfaatkan greenwashing. Kayu ulin asli itu satu-satunya yang autentik. Kalau kamu nggak bisa beli yang asli, ya jangan pakai apa-apa. Jangan kotori estetika alam dengan plastik dan serat sintetis yang nggak punya jiwa.
Ini bukan soal harga. Ini soal martabat.
Dani Bawin
Baru aja beli 2 kubik kayu ulin dari penjual di Banjarmasin. Harga Rp11 juta. Katanya sertifikat ada. Tapi aku nggak minta lihat. Sekarang aku takut. Aku cuma mau bangun dek rumah, bukan jadi aktivis lingkungan.
Siapa yang bisa jamin ini asli? 🤔
Agus Setyo Budi
Yuk, kita ubah cara berpikir. Kayu ulin bukan barang yang harus kita miliki. Kayu ulin adalah legenda yang harus kita jaga.
Aku udah ganti semua proyekku pake composite wood. Hasilnya? Lebih stabil, lebih tahan, dan lebih tenang di hati. Nggak perlu jadi pahlawan, cukup jadi orang yang nggak ikut merusak.
Ulin bisa tetap ada kalau kita berhenti memaksa untuk punya dia. Kita bisa tetap indah tanpa dia. Ayo mulai dari yang kecil.
Marida Nurull
Aku pernah beli kayu ulin dari penjual yang nggak bisa tunjukin sertifikat. Ternyata setelah 6 bulan, kayunya mulai retak dan berjamur. Sekarang aku cuma beli dari toko yang punya izin resmi. Lebih mahal, tapi nggak menyesal.
Lebih baik beli sedikit yang asli daripada banyak yang palsu. Ini bukan soal gaya, ini soal tanggung jawab.
retno kinteki
Ini semua cuma propaganda pemerintah buat ngelindungi korporasi kayu. Kayu ulin nggak langka. Itu cuma dijual mahal biar orang beli yang palsu. Sertifikat? Bisa dibuat di kantor desa. Penebangan ilegal? Itu udah jadi bisnis keluarga. Kamu percaya sama yang ditulis di blog? 😏
Tulis komentar